Langsung ke konten utama

Pencarian Keluarga Au Pair di Perancis



Picture 1
( My Host Family )

            Di BAB pencarian keluarga Au Pair di Perancis ini akan sangat panjang sekali dan mungkin akan sedikit membosankan. Tapi karena aku adalah tipikal orang yang detail jika enceritakan sesuatu, buat yang ngga suka baca jangan memaksakan. Hehe tapi kalau benar-benar kepo gimana aku bisa mendapatkan keluarga yang super duper baiknya ini, bacalah dan nikmati setiap prosesnya yaa sahabat muslimah.               

           15 Mei 2017. Setelah delapan kali menerima pesan penolakkan dari familly d’accueil/host familly (keluarga Au Pair). Akhirnya aku menerima pesan positif dari salah satu keluarga Au pair di Perancis, keluarga Le Gall. Mereka mengirimkan pesan bahwa mereka menyukai profilku dan menanyakan apakah aku bisa pergi bulan September? Dengan penuh keyakinan, dan perasaan yang luar biasa gembirnya, aku katakan,” Yaaa, aku bisa.”

                Singkatnya, setelah beberapa kali kami saling mengirim message tiba-tIba keluarga Le Gall tidak ada kabar lagi dan hanya membaca pesan terakhir yang aku kirim. Beberapa harI kemudian,  ada lagi host familly yang menginginkan agar aku menjadi une jeune fille au pair (Gadis aupair) di rumahnya, dia malah langsung meminta id skype ku dan meminta agar kami segera berkomunIkasi lewat video call di skype. Karena aku merasa aku di berikan harapan palsu oleh keluarga Le Gall, aku langsung menerima keluarga Majid ini untuk pembicaraan serius.

                 Pertengahan Mei,  untuk pertama kalinya aku membuat video call dengan keluarga asing ini. Di temani Nanat, aku berbincang sedikit dan perasaanku sangat tak karuan dan banyak tertawa. Beliau memberikanku beberapa pertanyaan dan pembicaraan kami terputus karena wifi di kostan Nanat bermasalah dan kami melanjutkan obrolan dengan chatting di skype. Setelah obrolan panjang, keluarga Majida merasa cocok dan meminta aku untuk datang bulan Juni selama tiga bulan. Keluarga Majid akan memberikanku uang saku sebesar 17euro perhari dengan 5 hari jam kerja. Aku tidak tahu apakah mereka akan menanggung biaya sekolah dan biaya pesawatku, oleh sebab itu aku menanyakan perihal tersebut. Alhasil keluarga majid  berkata bahwa mereka tidak menanggung biaya pesawat, dan tidak bisa menyekolahkanku karena mereka tinggal di kota kecil. Jika aku mau sekolah, aku harus tinggal dikota besar. Sebenarnya, aku tidak masalah jika tidak harus sekolah, karena tinggal bersama mereka sudah menjadi suatu pembelajaran dan pengalaman berharga. Untuk kesepakatan perihal tiket pesawat, aku meminta agar mereka memotong dari uang sakuku, namun mereka tidak mau dan parahnya, tidak ada kontrak antara aku dan keluarga Majid karena aku hanya tinggal 3 bulan disana. Belajar dari pengalaman berorganisasi, kontrak adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan, jika tidak ada kontrak, salah satu pihak bisa semena-mena, apalagi aku akan tinggal di negara orang yang tidak ada teman atau kerabat satu pun. Keluarga Majid, gagal.

                Balasan positif dari host familly di Perancis tiba lagi di handphoneku, keluarga Isabelle. Sama seperti keluarga Majid, kami melakukan komunikasi lewat skype. Setelah melakukan obrolan yang panjang pula keluarga Isabelle merasa cocok denganku, dia memintaku untuk tinggal dengannya selama 10 bulan dan mendapatkan uang saku sebesar 80 euro per minggu. Lagi-lagi yang menjadi kendala adalah perihal sekolah dan biaya pesawat, keluarga Isabella tidak mau menanggungnya, namun mereka bersedia membuat kontrak dan asuransi sosial di Perancis. Keluarga Isabella berkata bahwa untuk tinggal di Perancis, khususnya Paris kita harus mempunyai uang lebih, tidak bisa aku mengandalkan dengan uang saku yang mereka berikan. Keluarga Isabelle, gagal.

                Terlalu awam pengetahuanku tentang Au Pair, belajar dari yang sudah-sudah, aku sekarang banyak membaca tentang perjalanan dan pengalaman orang-orang Indonesia yang sempat menjadi au pair di negara Perancis. Ternyata host familly yang berada di Perancis rata-rata memang tidak menanggung ongkos pesawat dan biaya sekolah, namun jika kamu beruntung mendapatkan keluarga yang sangat baik, mereka bisa saja membayarkan keseluruhan, atau tiket pesawat sebagian.


Picture 2
Untuk menjadi seorang Au Pair, kamu bisa memilih negara mana saja yang ingin kamu pilih untuk mendapatkan host family sesuai dengan kriteria yang kamu inginkan. Aku pribadi memilih negara-negara yang setidaknya menggunakan bahasa Perancis dasar atau bahasa Jepang dasar. Aku memilih negara Perancis, Belgia, Luxem, Jepang (lihat picture 2), dan dua negara asia tenggara seperti Singapur dan Thailand. Tadinya memilih kedua negara tersebut karena sambil nunggu balasan kepastian dari negara-negara Eropa. Aku pun tidak memilih ingin tinggal di kota kecil atau besar, tidak ada daerah khusus yang aku inginkan. Intinya sih aku berpikir tinggal dimanapun sama, yang penting bisa merasakan tinggal di Perancis. Di "Childern betweet 0-22 years" kamu bisa memilih sendiri kamu mau merawat umur kisaran berapa sampai berapa.



Picture 3
  Untuk picture 3, adalah relasi info. Apakah kamu merokok?Bersedia bekerja untuk keluarga perokok? mempunyai SIM mengemudi untuk mibil? bersedia bekerja di rumah tersebut (artinya membantu sedikit pekerjaan rumah tangga yang sudah aku jelaskan di bab sebelumnya)?, apakah kamu mempunyai pengalaman mengurus anak? bersedia bekerja untuk anak dengan kebutuhan spesial (pasti paham maksidnya apa)? dan yang terakhir bersedia bekerja untuk single parent (orangtua tunggal) baik janda ataupun duda. Sebenernya untuk pertanyaan terakhir sedikit harus kamu pikirkan jika ia adalah seorang duda.

Yaa ngga apa-apa kali kak duda juga, barangkali nanti malah jodoh?

Mau kerja dan belajar atau cari jodoh dek? hehe, yaaa tergantung sih yaa, tapi mungkin kalau yang beragama muslim maksudnya akan paham.Tujuannya untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan.

     Balasan positif kembali masuk ke handphoneku, keluarga Richard dari Belgia meminta id skypeku. Singkatnya, kami skype an jam setengah 5 subuh. Pembicaraan kami terhenti kini bukan karena koneksi wifi, tapi karena ketakutanku, takut jika aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Namun dia berkata dia akan kembali menghubungiku.

       Setelah mengetahui beberapa artikel mengenai host familly di Belgia, aku jadi lebih tertarik untuk menjadi aupair di Belgia. Mengapa? Pertama, uang saku di Belgia rata-rata 400-450 euro, lebih besar 100-150 euro di bandingkan tinggal di Perancis, kata orang-orang sih sesuai dengan biaya hidup di Belgia yang sagat mahal. Namun itu suatu hal yang masih bisa di tolerir. Kedua, mereka sudah pasti membayar biaya sekolah au pair girl/boy disana. Ketiga, biaya pesawat biasaya mereka mau membayar sebagian. Itu sudah sangat sempurna bagiku. Belum lagi, saat aku membaca artikel-artikel mengenai negara Belgia, ternyata Belgia banyak mempunyai tempat-tempat bersejarah, bukan karena aku suka pada sejarah atau agar aku ingat pada anak sejarah ( loh?) tapi aku memang suka pada bangunan-bangunan kuno mengingat wajahnya yang seperti artefak (skip). Penjelasan tersebut menjadi alasan keempat. Terakhir, tempat dimana keluarga Richard tinggal sangat strategis, dari rumahnya bisa mencapai perjalanan 30 menit ke Luxem, dari Luxem ke Paris bisa menempuh perjalanan selama dua jam. Belgia Sempurna. Tinggal di Belgia bisa membuat aku menjelajahi 2 negara sekaligus. Luxem dan Perancis. Kini aku benar-benar ingin menjadi aupair lagi di Belgia bukan Perancis.

                Sudah hampir seminggu, tidak ada kabar lagi dari keluarga Richard. Padahal, aku benar-benar menaruh harapan pada keluarga ini. Namun kemudian, datang keluarga Carole, aku tidak pernah mengirim pesan kepada keluarga Carole namun katanya mereka sangat menyukai profilku dan mengingankanku dan meminta id skype ku. Esoknya, dia menghubungiku, namun aku membalas pesannya cukup lama karena aku online melalui notebookku berhubung Hpku tidak berfungsi dengan baik. Singkatnya, pembicaraan kami terambang-ambang selama beberapa hari, lalu kemudian keluarga Carole menghilang, nampaknya ditelan bumi. Keluarga Carole, gagal.

                Keluarga Richard kembali hadir dan kami membuat kesepakatan untuk mengobrol jam 7 malam waktu Belgia, di Indonesia itu sudah jam dua belas malam lewat. Karena Hpku memang sedang tidak sehat saat itu, Hpku hanya mempunyai baterai 10 persen. Kali ini keluarga Richard membawa kedua anaknya dan une jeune fille Au Pair yang ada disana untuk melakukan wawancara denganku. Kami hanya mengobrol tidak lebih dari 3 menit, karena kemudian Hpku mati. Shit. Dengan upaya yang sungguh-sungguh Hpku hidup sebentar dan aku meminta keluarga Richard menghubungiku malam ini, dia pun setuju. Sayangnya, malam ini Hpku benar-benar tidak menyala. Dan keesokan harinya, aku memintanya untuk menghubungiku lalu aku kembali menerima penolakkan pahit bahwa mereka telah menemukan une jeune fille au pair. Keluarga Richard, gagal.

Picture 4
Picture 5

        Ada dua keluarga lagi yang menginginkanku secara langsung. Namun yang pertama kembali gagal karena dia hanya membaca pesan terakhirku. Kedua, ketika aku ada janji dengan keluarga Sophie, kami akan melakukan obrolan via skype jam 7 malam. Namun saat itu, aku lebih memilih dahulu menjalankan shalat tarawih, dan aku mengabari mereka bahwa aku sedang beribadah dahulu dan baru bisa melakukan obrolan jam 9 malam. Lalu dengan berterus terang mereka langsung meminta maaf karena tidak bisa menerimaku karena aku seorang muslim dan mereka mencari seorang kristiani.

                Dari hal tersebut aku mendapatkan pembelajaran bahwa aku harus jujur dari awal. Awalnya, aku memakai profilku dengan menggunakan kerudung, lalu banyak keluarga yang menolak. Namun, saat aku melepas kerudung, dua puluh lebih keluarga datang memberikan balasan positif dan tiga dari mereka malah memintaku langsung. Ini bukan jalan yang benar. Aku memang sangat memimpikan Perancis, tapi aku tidak bisa melepas semena-mena kerudungku hanya karena takut alasan tidak diterima dikeluarga sana. Niatku ke Perancis bukan untuk bergaya. Tidak. Jika pada akhirnya aku foto-foto dibeberpa tempat spesial di Perancis, itu adalah bonus.

Picture 7
              Akhir bulan Juni aku memulai memberanikan diri untuk kembali memakai keudung. Aku tidak peduli lagi jika tidak ada keluarga yang menolakku. Alhasil, dari 30 lebih undangan yang aku kirim, hanya 8 yang memberikan pesan positif, namun seperti biasa, setelah itu mereka hilang lagi entah kemana. Dan yang bertahan adalah keluarga Fels.

                Dengan keluarga ini aku benar-benar jujur. Aku mengatakan bagaimana kehidupanku. Begitu pun dengan keluarga Fels. Mereka sama-sama bercerai dengan keluarga mereka lalu menikah dan mempunyai satu anak. Mereka tinggal di kota Beziers, utara dari Perancis. Setelah mencari informasi tentang kota ini, ternyata kota ini sangat menarik perhatian pula. Namun, aku tidak perlu girang terlebih dahulu, aku takut jika kejadiannya sama seperti keluarga yang sudah-sudah.

                Tanggal 6 Juli 2014. Kami melakukan komunikasi melalui skype. Ini durasi paling lama aku dapat mengobrol dengan keluarga asing. Tiga puluh menit. Yang sangat mendebarkan jantung. Kami mengobrol cukup banyak, dan mereka akan memberikan keputusannya hari rabu.


                Sambil menunggu keputusan, aku benar-benar mendekatkan diri dengan Tuhan. Aku benar-benar berdoa agar hati mereka yakinkan untuk memilihku. Dari ceramah yang sering aku dengar, memintalah hati seseorang pada sang pemilik hati. Termasuk jika kamu benar ingin memiliki hati seseorang. *Eyaaaaa

Kak, panjang banget ceritanya membosankan, intinya aja coba kak langsung bisa dapat keluarga yang sekarang itu gimana?

         Sabar yaa. Biar kalian pun tahu bahwa mencari untuk yang cocok itu engga mudah dan butuh proses yang panjang, sama seperti mencari jodoh. Biar kalian ngga gampang putus asa setelah beberapa kali ditolak sama beberapa keluarga juga, terus di harkosinya seperti apa.  Ok next. . .

            
        Singkatnya, keluarga Fels dan aku sudah saling menandatangani kontrak, dan aku tinggal menunggu intruksi selanjutnya. Setelah seminggu, dua minggu, hingga tiga minggu tidak ada kabar, akhirnya aku memutuskan untuk mencari keluarga baru. Hingga pada akhirnya aku berhasil mendapatkan keluarga Stan, dengan beberapakali percakapan akhirnya mereka memutuskanuntuk menerimaku. Mereka tinggal di Strasbourg dan aku akan pergi pada bulan Januari untuk kontrak 12 bulan.

          Aku mengatakan bahwa sebelumnya aku menemukan keluarga Fels, dan aku tidak mau kejadian  keluarga Fels terjadi juga pada keluarga ini. Mereka pun mengerti dan berjanji akan selalu memberikan kabar setiap hari agar mengetahui satu sama lainnya. Dengan keluarga Stan, aku berkomunikasi hampir setiap hari dan saling mengirimkan gambar (istilah anak mudanya PAP). Hingga sampai akhirnya kami saling menandatangani kontrak beserta beberapa dokumen tambahan yang sudah aku jelaskan di bab sebelumnya.

                Agustus, 2017. Hal yang mengejutkan terjadi, keluarga Fels kembali datang dan memintaku memberikan dokumen tambahan. Setelah aku meminta penjelasan, ternyata mereka baru bisa memberikanku kabar karena mereka selesai dari liburannya dan tidak memeriksa email dan Skype. Namun salahku, aku tidak jujur bahwa aku telah menemukan keluarga Stan, hingga sampai akhirnya aku menggantungkannya (Jahatku, agar mereka tau gimana rasanya tidak diberikan kabar selama lebih dari sebulan dan tanpa kepastian), haduh ini sangat tidak layak di contoh.  Tapi dibalik aku menggantungkannya, aku sebernya membandingkan kedua keluarga ini. 

          Keluarga Fels : Tinggal di Beziers, sekitar 6 jam ke Paris, uang saku 280euro, biaya pesawat dan sekolah ditanggung sendiri ? Anak satu berumur 8bulan. Berangkat bulan September (dan aku tidak mempunyai waktu banyak untuk menyiapkan dokumen dan segalanya)
Keluarga Stan : Tinngal di Starsbourg (perbatasan dengan Jerman, jadi kalau mau ke Jerman sangat dekat), uang saku 300euro dengan biaya sekolah ditanggung, anak dua, berumur 8 dan 11 tahun. Berangkat bulan Januari dan sangat cocok

Sebenarnya kalian pun sudah bisa menyimpulkan lebih banyak keuntungannya yang mana. Aku memutuskan untuk memilih keluarga Stan, dan sedikit bersabar untuk menunggu bulan januari. Namun disamping itu, aku masih belum mengabari keluarga Fels. Untuk persiapan visa pun, keluarga Stan sudah mengurus i’nscription d’école (pendaftran sekolah) di Universitas Strasbourg. Aku sangat senang perihal ini. (Lihat picture 8)

Picture 8

Aku sadar aku telah berbuat salah dengan meninggalkan keluarga Fels begitu saja, dan aku berpikir bahwa apa yang kamu lakukan akan berbalik padamu (ornag mengenalnya dnegan istilah karma). Tidak menutup kemungkinan bahwa meskipun kami sudah saling mengirim kontrak dan mereka sudah mengurus pendaftran sekolah, seperti kilat, keyakinan mereka akan berubah dan meninggalkanku. Jadi aku memutuskan untuk mencari keluarga baru.

Picture 9

November 2017, aku menemukan beberapa keluarga, beberapa dari mereka mengirimkan pesan terlebih dahulu kepadaku (Lihat picture 7) « Candidature » mempunyai makna bahwa mereka yang memberikan pesan terlebih dahulu kepada kita. Dan dibulan yang sama aku pun mendapatkan keluarga Poulad. Sama seperti kisah sebelumnya, ada yang tiba-tiba memutuskan kontrak, namun tidak dengan keluarga Poulad, mereka menginginkanku berangkat bulan Januari. Kembali dalam kondisi bingung. Aku harus memilih antara keluarga Stan atau keluarga Poulad. Pasalnya, keluarga Poulad ini sangat menggiurkan, aku bisa mendapatkan uang 400euro perbulan, biaya sekolah dan tiket kepulangan mereka yang menanggung.
Desember 2017, aku harus memutuskan, tapi sebelum aku memutuskan, aku harus menanyakan bagaimana kelanjutan dengan keluarga Stan. Singkatnya, keluarga Stan memintaku datang dengan visa liburan, itu artinya tidak ada kontrak. Aku tidak bodoh, aku tidak mau, tanpa kontrak, artinya kamu tidak terikat dengan mereka dan mereka bisa semena-mena.

Emang normalnya kita pakai visa apa kak kalau au pair ?
                Visa pelajar. Nanti akan aku jelaskan di BAB selanjutnya bagaimana cara kerjanya.
Terus kelanjutannya ?
Desember 2017, keluarga Poulad sudah mengurus pendaftaran sekolahku, tnggal aku yang mengirim surat keterangan sehat yang sudah kadaluarsa (nanti maksudnya aku jelaskan lagi) dan ternyata aku diberikan kesempatan untuk bisa sidang akhir dan menyelesaikan skripsi di bulan Januari, akhirnya aku menunda dokumen yang harus aku kirim.
Januari 2018, ada beberapa trouble yang tidak memungkinkan aku bisa sidang bulan Januari, kalau aku mau bersabar, aku bisa mengikuti sidang dibulan Juli. Tapi karena aku merasa tidak enak pada keluarga Poulad, akhirnya aku mulai mengurus dokumen. Lalu keluarga Poulad mengurusnya ke DIRRECTE untuk proses validasi kontrak dan mengubah kontrak di kebrangkatanku yang mulai bulan Mei 2018.
8 maret 2018, semua dokumen Perancis siap dan tiba di Indonesia. Betapa cerobohnya aku melihat dokumen aseli ternyata kontrak dimulai tanggal 1 Maret 2018, sedangkan aku masih di Indonesia dan belum mengurus asuransi serta janji temu dengan TLScontact untuk pengajuan visa. Aku pikir, aku baru bisa pergi pertengahan April karena beberapa temanku berkata bahwa visa bisa selesai 10 hari kerja sampai 1 bulan kerj pun ada, kita tidak bisa menebak. Sementara kakaku membeli tiket aseli untuk tanggal 4 April 2018, dan aku melalukan janji temu tanggal 23 Maret, artinya aku benar-benar mempunyai waktu 10 hari untuk memastikan apa visaku telah selesai atau belum.
Wah, Jadinya tanggal berapa dong visa kakak ? Ko bisa salah baca kontrak kak ? Terus baiknya kita mengurus visa kapan ?  H-berapa sebelum keberangkatan ?
                Banyak bangeyt keajaiban yang terjadi dalam hidup aku. Visaku jadi tanggal 2 April 2018 dan hanya punya satu hari untuk prepare koper. Sementara aku pun belum mempunyai koper. Hehe Voilaa. . . Tepat tanggal 4 April 2018 aku pun pergi. . .


Picture 10



Komentar

  1. halo Nurul,
    seneng banget baca blog kamu.
    interatif banget dan sangat inspiring.
    Btw, aku mau nanya. apakah kursus bahasa perancis dan utk dapat sertifikat A2 harus di IFI atau bisa kursus di tempat lain? berhubung IFI cuma ada di kota2 tertentu di Indonesia.
    Mohon pencerahannya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mahasiswa bahasa Prancis, maaf saya bantu jawab. Kalo masalah kursus bahasa prancis, bisa dimana aja. Gak kursus juga gak apa apa kok (otodidak maksdnya). Asalkan nnti kita daftar ujian DELF nya di IFI atau AF terdekat. Untuk dapatin sertifikat DELF nya. Sebagai pembuktian kalo kita beneran bisa bahasa Prancis:) gitu..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Au Pair (Au Pair di Perancis)

                "Waaaa keren yaa Nurul di foto dekat menara eiffel."                 “Nurul di Perancis ngapain sih? Kuliah atau kerja?”                 “Ko updatenya sama anak kecil terus. Kamu baby sitter Lur?”                 “Berapa lama sih Lur di Perancis?”                 “Gimana ceritanya Lur bisa sampai sana?”               Lima jenis pertanyaan yang sering aku terima dari teman-teman di instagram maupun facebook dan aku ngga bisa jawab satu-satu karena aku pikir menceritakan satu hal yang sama pada banyak orang lewat chat cukup melelahkan yaa karena panjang sekali prosesnya. Hehe oleh sebab ...

Selamat Ulang Tahun

  Selamat Ulang Tahun . . . Sekitar 26 tahun yang lalu, lahir seorang anak laki-laki yang ternyata tumbuh tidak jauh dari tempat aku menetap. Aku tidak tahu bagaimana dia tumbuh, tapi tentu saja dia tumbuh dengan sangat baik berkat kedua orangtuanya. Dia telah melakukan perjalanan selama lebih dari seperempat abad yang tak mudah. Aku tahu kau mungkin lelah melakukan perjalanan panjang kemarin. Tersandung krikil kecil, melompati bebatuan, kadang kau bertemu tembok besar dan harus berputar arah lagi. Kembali mencari jalan lain, yang kau temui trek yang sama. Kau ingin pergi tapi kau sebenarnya hanya berputar-putar ditempat yang serupa. Kau lelah kemudian ingin pulang – bertemu denganku – mengajakku masuk kesebuah ruang. . . Lalu apa yang kutemui? Masih ada tamu didalam sana. Kulihat dia duduk manis dangan sangat nyaman sambil meneguk teh yang kau hidangkan . Aku bilang , « aku mau pergi ke tempat lain saja. » Kau jawab, «  Kalian berdua temanku . Dudukla...